Health Promotion and Community Engagement Journal
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej
<p>Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) atau Indonesian Society for Health Promotion and Education (ISHPE) adalah organisasi profesi yang beranggotakan ahli dan tenaga promosi kesehatan di Indonesia. PPPKMI berdiri pada 14 Februari 1988 untuk memberikan kesempatan kepada tenaga promosi kesehatan dalam berbagi gagasan dan pengalaman untuk meningkatkan profesionalisme di bidang promosi kesehatan di Indonesia. Tahun 2013, PPPKMI secara resmi menjadi anggota International Union on Health Promotion and Education (IUHPE), sebuah organisasi promosi dan edukasi kesehatan di dunia. Dengan semangat mengembangkan riset, maka kami terbitkan Health Promotion and Community Engagement Journal (HPCEJ), ISSN: 2986-061X, agar dapat melakukan diseminasi informasi yang lebih luas. </p>Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesiaen-USHealth Promotion and Community Engagement Journal2986-061XFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada Perawat di RSUD Tarakan Jakarta
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/71
<p>Perawat di rumah sakit memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Namun, sistem shift kerja yang melekat pada tenaga perawat dapat memengaruhi kualitas tidur mereka. Berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, <em>shift</em> kerja, dan asupan makanan dapat berhubungan dengan kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden, <em>shift</em> kerja, dan asupan makanan dengan kualitas tidur pada perawat di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2023. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah 149 perawat di ruang rawat intensif RSUD Tarakan Jakarta. Analisis data menggunakan uji <em>Chi-Square</em> untuk menganalisis hubungan antara variabel usia, jenis kelamin, <em>shift</em> kerja, dan asupan makanan dengan variabel kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,7% responden mengalami kualitas tidur buruk. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia (<em>pvalue</em><0,001; PR=2,40; 95% CI=1,656-3,477), jenis kelamin (<em>pvalue</em><0,001; PR=2,523; 95% CI=1,671-3,810), <em>shift</em> kerja (<em>pvalue</em><0,001; PR=6,273; 95% CI=3,396-11,586), dan asupan makanan (<em>pvalue</em>=0,005; PR=1,604; 95% CI=1,150-2,237) dengan kualitas tidur perawat. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas tidur perawat melalui intervensi yang tepat, seperti penyesuaian jadwal <em>shift</em>, dan perbaikan asupan makanan.</p>Hanulzia Adinda IsmiHaris MuzakirMutiara Huljannah
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-2822727810.70041/hpcej.v2i2.71Advokasi Penyediaan Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) di Pondok Pesantren Raudlotul Athfal Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/74
<p>Di Kabupaten Jember terdapat 611 Pondok Pesantren yang terdaftar secara formal yang menjadikan Kabupaten Jember sebagai daerah dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di Jawa Timur. Namun masih banyak ditemukan permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh sebagian besar pesantren di Jember, salah satunya di Pondok Pesantren Raudlotul Athfal, Kecamatan Rambipuji, sehingga memerlukan upaya dan perhatian khusus yang harus segera diatasi, khususnya dalam bentuk akses terhadap layanan kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan dari kegiatan advokasi pos kesehatan pesantren (POSKESTREN) adalah untuk melakukan sosialisasi mengenai pembentukan POSKESTREN dan pemenuhan akses terhadap pelayanan kesehatan untuk seluruh warga Pondok Pesantren Roudlotul Athfal yang melibatkan beberapa pihak, yaitu civitas akademika Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Rambipuji, dan Kepada Desa Gugud dengan Pengelola Pondok Pesantren. Metode pelaksanaan kegiatan advokasi dilakukan dengan lobi dan presentasi interaktif. Selain itu, dilakukan pengisian kuisioner survey mawas diri kepada santri putra dan putri untuk menggali informasi terkait PHBS di lingkungan Pondok Pesantren. Hasil dari kegiatan advokasi ini adalah terbitnya surat keterangan Pembentukan POSKESTREN dan penandatanganan MoU sebagai tanda komitmen dalam pendirian POSKESTREN sebagai bentuk dukungan akses terhadap layanan kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat.</p>Khusnul Dewi Andini MardianaNur Intan FadilaSiti Khofifatur RosidaMury RiriantyTaufan Asrisyah OdeErwin Nur Rif’ah
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-2822798910.70041/hpcej.v2i2.74Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Masyarakat Depok dan Bogor untuk Divaksinasi COVID-19
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/70
<p>Pandemi COVID-19 melanda dunia yang mempengaruhi seluruh lini kehidupan. Penanganan COVID dilaksanakan dengan berbagai hal. Selain pelaksanaan perilaku sehat dengan menggunakan masker, menjaga jarak, menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan sabun, mengurangi mobilitas & menjauhi kerumunan, pemerintah pun melakukan penanganan kasus COVID-19 dengan <em>testing, tracing, dan treatment</em> serta vaksinasi. Vaksinasi adalah intervensi efektif, namun, keraguan publik terhadap vaksin merupakan masalah mendesak bagi otoritas kesehatan masyarakat dan ancaman potensial bagi kesehatan masyarakat global. Oleh karena itu, studi yang mengidentifikasi lebih lanjut akar penyebab masyarakat menolak vaksin perlu dilakukan. Dengan memahami faktor penentu yang mempengaruhi preferensi dan permintaan vaksin oleh masyarakat dapat membantu mengembangkan strategi guna meningkatkan program vaksinasi global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam vaksinasi COVID-19 di Depok dan Bogor. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif analitik dengan desain potong lintang <em>(cross-sectional)</em>. Tehnik pengambilan sampel dengan quota, sejumlah sampel 703 orang. Pengumpulan data dilakukan 15-28 Januari 2021 sebelum program vaksinasi gratis dilaksanakan. Hasil penelitian menemukan usia, jenis kelamin, domisili, pekerjaaan, pendidikan, penghasilan, agama, pengeluaran, kepemilikan asuransi kesehatan, jenis asuransi, mengetahui rencana vaksinasi, upaya pencarian informasi vaksinasi, dan pengetahuan tetap melaksanakan 3M setelah divaksin memiliki hubungan secara statistik dengan kesediaan divaksin. Perlu dilakukan edukasi bagi perempuan, khususnya ibu rumah tangga agar kesadaran vaksinasi bisa ditingkatkan dan juga bagi pelayanan kesehatan BPJS agar melaksanakan pembinaaan program vaksinasi bagi pesertanya.</p>Susilawati SusilawatiBesral Besral Andri Yan Prima ZaniRahmi NurmadinisiaNursyabani Eka Putri
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-28229010110.70041/hpcej.v2i2.70Hubungan Perilaku Merokok Anggota Keluarga dan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Siswa SMK Usia 15-18 Tahun di Tangerang
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/73
<p>Prevalensi merokok di kalangan remaja Indonesia usia 15-18 tahun pada tahun 2023 terbilang tinggi. Studi-studi menunjukkan kuatnya peran anggota keluarga dan teman sebaya dalam memberikan peluang untuk berperilaku merokok. Remaja usia 15-18 tahun di SMK X Tangerang memiliki tingkat perilaku merokok yang tinggi. Studi ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku merokok anggota keluarga dan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa SMK usia 15-18 tahun. Penelitian ini menggunakan desain <em>Cross-Sectional</em> dengan melibatkan sekitar 1154 siswa/i sebagai populasi. Sebanyak 150 siswa dipilih sebagai sampel menggunakan Purposive Sampling. Data dianalisis menggunakan metode statistik univariat dan bivariat <em>(Chi-Square)</em> untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi serta hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan proporsi perilaku merokok adalah 80%, perilaku merokok ayah sejumlah 74,0%, perilaku merokok ibu sejumlah 12,7%), perilaku merokok saudara kandung (kakak) adalah 46,7%), perilaku teman sebaya merokok sejumlah 68,7%), dan jumlah teman merokok sebesar 58%. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan perilaku merokok siswa adalah perilaku merokok ayah (<em>pvalue</em> = 0,016; PR = 1,270; 95% CI: 1,004-1,608), perilaku merokok saudara kandung (kakak) (<em>pvalue</em> = 0,041; PR= 1,182; 95% CI: 1,008-1,385), perilaku teman sebaya merokok (<em>pvalue</em> <0,001; PR=1,369; 95% CI: 1,091-1,718), dan jumlah teman merokok (<em>pvalue</em> = 0,008 ; PR = 1,251; 95% CI: 1,044-1,499). Diperlukan upaya promosi kesehatan pencegahan merokok dan terapi berhenti merokok pada keluarga dan siswa sekolah menengah.</p>Arfa NovianiNurul Huriah Astuti
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-282210211110.70041/hpcej.v2i2.73Efektifitas Penyuluhan Media Audio Visual terhadap Pemahaman dan Pemilihan Metode Kontrasepsi di Kalangan Pengantin Baru Perempuan
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/75
<p>Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan menekan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Jumlah peserta KB aktif, serta penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) masih rendah. Diperlukan upaya edukasi keluarga berencana bagi Pasangan Usia Subur (PUS), termasuk yang baru menikah, dengan menggunakan berbagai cara dan media. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan <em>audio visual</em> (video dan infografis) terhadap perubahan pemahaman keluarga berencana dan pemilihan metode kontrasepsi. Metode penelitian menggunakan <em>pre-experimental pre-post test one group design</em>. Populasi penelitian, yaitu pengantin baru perempuan di Kecamatan Darmaraja sejumlah 48 orang dengan sampel 36 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dikemas dalam <em>Google form</em> dan dikirim melalui <em>WhatsApp</em>. Hasil penelitian menunjukan 36,1% responden memiliki pemahaman KB–metode kontrasepsi kategori baik sebelum penyuluhan, bertambah menjadi 83,3% setelah penyuluhan melalui media video dan bertambah menjadi 86,1% setelah penyuluhan melalui media infografis. Terdapat perubahan signifikan (<em>pvalue</em><0,001) pemahaman KB–metode kontrasepsi responden setelah penyuluhan melalui media video maupun setelah ditambah penyuluhan melalui media infografis. Tidak terjadi perubahan signifikan (<em>pvalue</em> >0,05) pemilihan metode kontrasepsi sesudah diberikan penyuluhan melalui media video, maupun setelah ditambah penyuluhan melalui media infografis. Kesimpulan menunjukan efektivitas penyuluhan media video terhadap pemahaman KB–metode kontrasepsi dalam taraf sedang (<em>N-Gain of average</em> 0,635) ditambah media infografis naik menjadi 0,718 (taraf tinggi), namun tidak ada perubahan pemilihan metode kontrasepsi. Diskusi dan tatap muka serta perluasan sasaran penyuluhan ke suami dan keluarga lainnya diharapkan dapat mendorong perubahan pemilihan metode kontrasepsi.</p>Lathifah Novithasari EffendiTuti SurtimanahMetha Dwi Tamara
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-282211212110.70041/hpcej.v2i2.75Paparan Media Sosial (Tiktok dan Instagram) Ditinjau dari Status Kesehatan Mental pada Mahasiswa Kesehatan
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/69
<p>Mahasiswa program Ilmu Kesehatan menjadi kelompok mahasiswa yang mengalami stress yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa program ilmu lainnya. Stress pada mahasiswa sangat beragam, seperti beban akademik, hidup jauh dari rumah, harapan tentang kehidupan universitas, tekanan dari teman sebaya, lingkungan, dan keuangan, namun pada mahasiswa kesehatan, stress lebih banyak disebabkan oleh beban akademik. Stress yang berkepanjangan dan tidak tertangani dengan baik dapat memperburuk kondisi kesehatan mental individu. Berdasarkan hasil RISKESDAS (2018) 20% masyarakat di Indonesia, data dari UNICEF (2019) 14,2% remaja, dan survey I-NAMHS (2022) 33,3% remaja usia (10-17 tahun), serta penelitian kesehatan (2019) 70-75% individu remaja dan dewasa awal berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. Di era globalisasi, media sosial menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan paparan media sosial ditinjau dari status kesehatan mental pada mahasiswa kesehatan. Metode yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah sampel 388 mahasiswa dari prodi Keperawatan, Farmasi dan Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Bandung, Palembang dan Jayapura. Hasil penelitian menunjukkan 68% mahasiswa mengalami gejala gangguan mental emosional, 56,7% dengan paparan media sosial rendah. Hasil analisis menggunakan Mann-whitney menujukkan bahwa tidak ada perbedaan paparan media sosial pada mahasiswa yang mengalami gejala gangguan kesehatan mental emosional dan tidak (pvalue = 0,230). Implikasi praktis dari temuan ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam promosi kesehatan masyarakat.</p>Andi Ardiansyah NurdinDelita Septialti
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-282212213010.70041/hpcej.v2i2.69Pengaruh Program Inovasi Yaga Mei dalam Penurunan Stunting di Kabupaten Pulau Taliabu (Sebuah Studi Kualitatif)
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/68
<p><em>Stunting </em>adalah masalah Kesehatan yang memiliki dampak buruk bagi balita, baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Prevalensi stunting di Kabupaten Pulau Taliabu mengalami penurunan dari tahun 2021 sebesar 35,2% menjadi 23,7% pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan strategi, perencanaan, faktor pendukung, dan tantangan dalam pembentukan program inovasi Yaga Mei di Kabupaten Pulau Taliabu. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus serta diambil melalui wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa program Yaga Mei mampu menurunkan kasus <em>stunting</em> sebesar 11,5% dengan melakukan pendampingan kepada keluarga berisiko <em>stunting</em> terkait pola asuh dan pemberian makanan yang bergizi, melakukan konsultasi langsung kepada dokter spesialis anak melalui perantara petugas, memberikan penyuluhan stunting secara efektif serta kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan strategi promkes meliputi advokasi, pemberdayaan masyarakat, kemitraan, dan komunikasi, informasi, edukasi mampu menurunkan <em>stunting</em>. Namun, masih perlu dilakukan penyuluhan kesehatan secara massif dengan menggunakan alat bantu serta Kerjasama dengan lintas sector terkait untuk melakukan perbaikan infrastruktur, seperti jalan dan jaringan telekomunikasi agar informasi Kesehatan mudah dijangkau oleh masyarakat.</p>Syamsul Dani M. SalehPrasita Ayu Widyaningtyas
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-282213114210.70041/hpcej.v2i2.68Peran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi, Sikap Permisif, dan Pergaulan Teman Sebaya terhadap Pola Pacaran Berisiko Remaja SMA DKI Jakarta
https://jurnal.pppkmi.org/index.php/hpcej/article/view/62
<p>Rentang perilaku pacaran mulai dari berciuman bibir hingga hubungan seks pranikah merupakan tahapan dari kontak seksual yang menyebabkan remaja untuk melakukan perilaku seksual berisiko. Menurut SKAP KKBPK tahun 2019, terdapat 3,8% remaja pria dan 1% remaja wanita di DKI Jakarta yang mengaku pernah melakukan hubungan seksual pranikah ketika berpacaran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola pacaran berisiko remaja adalah pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, dan pergaulan teman sebaya. Desain penelitian kuantitatif bersifat analitik dengan pendekatan <em>cross-sectiona</em>. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, dan faktor pergaulan teman sebaya dengan pola pacaran remaja SMA di DKI Jakarta pada tahun 2023. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 dan 11 di SMAN dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara <em>stratified proportional random sampling</em>. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap pola pacaran berisiko remaja. Selain itu, peran sikap permisif terhadap pola pacaran remaja juga tidak memiliki hubungan yang signifikan. Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara pergaulan teman sebaya terhadap pola pacaran remaja. Oleh karena itu, disarankan bagi institusi pendidikan untuk melakukan konseling dan dialog agar dapat lebih mudah melakukan pendekatan dan pemahaman kepada siswa terkait informasi kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko dalam pacaran sehingga siswa dapat terhindar dari pergaulan yang mendukung perilaku seksual berisiko.</p>Royyan MursyidanRita Damayanti
Copyright (c) 2024 Health Promotion and Community Engagement Journal
2024-06-282024-06-282214315410.70041/hpcej.v2i2.62